BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Penalaran merupakan kegiatan, proses atau aktivitas berpikir
untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasar pada
beberapa pernyataan yang diketahui benar ataupun yang dianggap benar yang disebut
premis. Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan
atau proses berfikir yang menghubung-hubungka fakta-fakta atau
evidensi-evidensi yang bersifat khusus yang sudah diketahui menuju
kesimpulan yang bersifat umum (general).Penalaran
deduktif adalah proses penalaran atau proses berfikir dari hal-hal yang
bersifat umum (general) yang kemudian dibuktikan
kebenarannya dengan menggunakan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang
bersifat khusus.Proses penalaran induktif dan deduktif dapat digunakan dan
sama-sama berperan penting dalam mempelajari matematika. Pembelajaran dan
pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa
nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif yang digunakan untuk mempelajari
konsep matematika kegiatannya dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta
yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan
hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif.
2.
Rumusan Masalah
1)
Apa itu penalaran
2)
Apa itu penalaran induktif dan
deduktif
3.
Tujuan
1)
Mengetahui apa itu penalaran
2)
Mengetahui apa itu penalaran induktif dan
deduktif
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Penalaran
Untuk
memahami pengertian penalaran dalam pembelajaran matematika, ada baiknya simak
beberapa contoh berikut ini:
1) Jika Andi lebih tinggi dari Bani dan Bani
lebih tinggi dari Chandra, maka Andi akan lebih tinggi dari Chandra.
2) Jika Johan berumur 10 tahun dan Amir berumur
dua tahun lebih tua, maka Amir berumur 12 tahun.
3) Jika besar dua sudut pada suatu segitiga
adalah 600 dan 1000 maka sudut yang ketiga
adalah 1800 – (1000 + 600) = 200.
Hal ini didasarkan pada teori matematika yang menyatakan bahwa jumlah besar
sudut-sudut suatu segitiga adalah 1800.
4) Untuk menentukan hasil dari 998 + 1236 maka
dapat dilakukan dengan cara mengambil (meminjam) 2 nilai dari 1236 untuk
ditambahkan ke 998 sehingga menjadi 1000. Dengan demikian 998 + 1236 sama
nilainya dengan 1000 + 1234 yang bernilai 2234. Jadi, 998 + 1236 = 1000 + 1234
= 2234.[1]
Dari
contoh-contoh yang telah diuraikan di atas, kita dapat menyimak bahwa suatu
kesimpulan dapat ditentukan setelah terjadi proses analisis terhadap
fakta-fakta yang ada yang telah diketahui. Proses pengambilan kesimpulan
berdasarkan fakta-fakta yang ada tersebut dikenal dengan istilah penalaran.
Istilah penalaran atau reasoning dijelaskan oleh Copi (1978) sebagai berikut: “Reasoning
is a special kind of thinking in which inference takes place, in which
conclusions are drawn from premises”.[2]
Dengan demikian jelaslah bahwa penalaran merupakan kegiatan, proses atau
aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan
baru berdasar pada beberapa pernyataan yang diketahui benar ataupun yang
dianggap benar yang disebut premis. Istilah lain yang sangat erat dengan
istilah penalaran adalah argumen.[3]
Giere
(1984) menyatakan: “An argument is a set of statements divided into two
parts, the premises and the intended conclusion”.[4]
Dapatlah disimpulkan sekarang bahwa pernyataan yang menjadi dasar penarikan
suatu kesimpulan inilah yang disebut dengan premis atau antesedens. Sedang
hasilnya, suatu pernyataan baru yang merupakan kesimpulan disebut dengan
konklusi atau konsekuens. Dari dua definisi tadi akan jelaslah bahwa ada
kesamaan antara penalaran dan argumen. Beda kedua istilah itu menurut
Soekardijo (1988) adalah, kalau penalaran itu aktivitas pikiran yang abstrak
maka argumen ialah lambangnya yang berbentuk bahasa atau bentuk-bentuk lambang
lainnya. [5]
A.
Penalaran
Induktif
Kalau
hujan dengan lebat, biasanya kita akan membuat kesimpulan bahwa : sebentar lagi
akan terjadi banjir. Kesimpulan yang diambil diatas merupakan suatu dugaan.
Dugaan tersebut diambil berdasar pada pengalaman sebab biasanya kalau hujan
turun, maka dimana – mana terdapat genangan air karena tersumbatnya saluran.
Berikut
ini satu contoh lain dari penarikan kesimpulan seperti diatas dalam matematika,
ditentukannya perbandingan antara garis tengan dan keliling lingkaran. Jika
dilakukan pengukuran dari beberapa roda sepeda yang berbeda ukuran keliling
jari – jarinya, ternyata dari pengukuran tersebut diperoleh perbandingan atau
hasil bagi panjang keliling dengan panjang garis tengahnya selalu sama, yaitu
sekitar
atau 3,14.

Dua
contoh diatas merupakan contoh pemikiran induktif. Dengan demikian, dapat kita
simpulkan bahwa berpikir induktif adalah berpikir menggunakan kejadian atau
pengalaman yang sering dijumpai, disimpulkan menjadi kebenaran secara umum.
Contoh :
1 + 3 = 

1 + 3 +
5 = 

1 + 3 +
5 + 7 = 

Tentukan
jumlah dari : 1 + 3 + 5 … + (2n – 1)
Jawab :
1, 3, 5,
7, 9,…,2n – 1 merupakan bilangan ganjil
1 dan 3
merupakan dua bilangan ganjil pertama berjumlah 4 = 

1, 3,
dan 5 merupakan tiga bilangan ganjil pertama dan berjumlah 9 = 

1, 3, 5,
7 dan 9 merupakan 4 bilangan ganjil pertama dan berjumlah 16 = 

Dari contoh diatas dapat diduga jumlah
dari 10 bilangan ganjil pertama adalah 

Atau
1 + 3 +
5 + 7 + 9 + 11 + 13 + 15 + 17 + 19 = 

3 adalah
suku ke–2 dari bilanagan ganjil
5 adalah
suku ke–3 dari bilangan ganjil
7 adalah
suku ke-4 dari bilangan ganjil
B.
Penalaran Deduktif
Berlawanan
dengan pemkiran induktif adalah berpikir deduktif. Dalam matematika sering
terjadi bahwa aturan – aturan `dicoba dibuktikan kebenarannya sebelum ditetapkan
sebabagai aturan umum. Setelah terbukti kebenarannya barulah atura tersebut
dinyatakan sah dan dapat diterapkan pada persoalan – persoalan yang istimewa
sekalipun. Cara berpikir dengan cara tersebut adalah cara berpikir yang
mengakui kebenaran secara umum berlaku pada hal hal khusus.
Sistem
matematika pada umumnya disusun dengan sistem yang terdiri dari :
1) Hukum –
hukum logika ( postulat – postulat dan
dalil – dalil dari logika);
2) Himpunan istilah yang tidak didefenisikan
3) Himpunan istilah yang didefenisikan
4) Himpunan postulat yang kebenarannya sudah
ditetapkan (aksioma)
5) Himpunan dalil yang kebenaranya sudah
dibuktikan.
Dari
uraian dan contoh diatas dapat disimpulkan bahwa penalaran induktif berawal
dari hal – hal yang khusus menuju ke umum, sedang penalaran deduktif berpangkal
dari umum ke khusus.
Perhaikan
contoh penalaran berikut ini.
“ Untuk
sembarang segitiga siku – siku berlaku kuadrat hipotenusa (sisi miring) sama
dengan jumlah kuadrat siku – sikunya.”[7]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Penalaran merupakan kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk
menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasar pada
beberapa pernyataan yang diketahui benar ataupun yang dianggap benar yang
disebut premis. Penalaran induktif adalah
proses penalaran untuk menarik kesimpulan atau proses berfikir yang
menghubung-hubungka fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang bersifat khusus
yang sudah diketahui menuju kesimpulan yang bersifat umum (general).
Penalaran deduktif adalah proses penalaran atau proses berfikir
dari hal-hal yang bersifat umum (general) yang kemudian dibuktikan
kebenarannya dengan menggunakan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang
bersifat khusus. Proses penalaran induktif dan
deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari
matematika.
DAFTAR
PUSTAKA
Endang setyo winarni, M.Pd MATEMATIKA UNTUK
PGSD, Rosda, Bandung.2012.
Copi, I.M. (1978). Introduction to Logic. New
York: Macmillan.
Giere, R. N. (1984). Understanding Scientific Reasoning
(2ndEdition). New York: Holt, Rinehart and Winston.
Ruseffendi, E.T. (1989). Dasar-Dasar Matematika Modern dan
Komputer untuk Guru Edisi keempat. Bandung:
Tarsito.
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru
Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan
CBSA.Bandung: Tarsito.
Shadiq, F (2004). Penalaran, Pemecahan Masalah dan
Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta:
PPPG.
Soekardijo, R.G. (1988). Logika Dasar, Tradisionil, Simbolik
dan Induktif. Jakarta: Gramedia. Depdinas. (2006). Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan. Jakarta:
Permendiknas 2006.
Farikhin, (2006). Paket Penggemar Matematika,
Strategi Pemecahan Masalah untuk SMA. Yogyakarta: PPPG.
http://bdkbandung.kemenag.go.id/jurnal/132-penalaran-dalam-pembelajaran-matematika-mi
[1]
Ruseffendi, E.T. (1989). Dasar-Dasar Matematika Modern dan
Komputer untuk Guru Edisi keempat. Bandung:
Tarsito. Hal : 32
[3]
Soekardijo, R.G. (1988). Logika Dasar, Tradisionil, Simbolik
dan Induktif. Jakarta: Gramedia.hal : 51
[4]
Giere, R. N. (1984). Understanding Scientific Reasoning
(2ndEdition). New York: Holt, Rinehart and Winston. Hal : 236
[5] Shadiq, F (2004). Penalaran,
Pemecahan Masalah dan Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: PPPG.hal 8
[6]
Endang setyo winarni, M.Pd MATEMATIKA UNTUK PGSD, Rosda, Bandung.2012.
hal : 2-3
[7]
Ibid. hal 4-5
terimakasih
BalasHapusMy blog